Saya menyaksikan. Saya memahami dan kemudian
melaksanakan. Lalu, saya menyadari, bahwa Hindu itu maha mulia dan maha agung.
Mengapa? Karena, Hindu itu unik, beragam, toleran, bijaksana, dan mendamaikan.
Apa faktanya? Pelaksanaan ajaran Agama Hindu di Bali yang beragam. Hal ini
karena, Agama Hindu dan budaya Bali menyatu. Bagai rajutan benang sutra, tumpang
tindih, dan saling menguatkan. Sehingga membentuk kain halus yang indah. Kain
yang menyajikan kenyamanan dan menawarkan kedamaian. Agama Hindu sangat adaptif
dengan budaya, budaya manapun, termasuk budaya Bali. Hal ini menyebabkan, di
Bali, pelaksanaan ajaran Agama Hindu mewujud nyata dalam keberagaman. Keberagaman
dalam kesemarakan dan keindahan. Penuh warna dan dengan segala keunikannya.
Inilah bukti bahwa Agama Hindu sangat toleran dengan keberagaman.
Keberagaman tradisi dan budaya dalam kehidupan
masyarakat Bali adalah fakta. Dan, fakta ini yang menampakkan kesan pelaksanaan
Agama Hindu di Bali beragama. Mengapa? Keberagaman tradisi dan budaya di Bali
saling terkait dengan Agama Hindu. Budaya dan Agama Hindu di Bali, nyaris sulit
dibedakan dan dipisahkan. Akibatnya, Agama Hindu di Bali menampakkan warna dan
bentuk implementasi beragam di beberapa daerah. Hindu di Bali dibalut budaya
Bali. Dan, budaya Bali tak dapat dilepaskan dengan keberadaan desa pakraman. Menurut
Perda Provinsi Bali Nomor 3 Tahun 2003 tentang Desa Pakraman, disebutkan bahwa
desa pakraman adalah kesatuan hukum masyarakat yang diikat oleh adanya
Kahyangan Tiga. Setiap desa pakraman di Bali memiliki tradisi dan budaya dengan
ciri khas tersendiri. Data terbaru menunjukkan bahwa jumlah desa pakraman di
Bali mencapai 1.493 desa pakraman atau desa adat (https://www.beritabali.com/read/2017/12/08). Artinya, ada 1.493 keberagaman tradisi dan budaya di Bali yang
masing-masing memiliki keunikan sendiri. Keberagaman ini, mau tidak mau akan
mempengaruhi keberagaman pelaksanaan ajaran Agama Hindu di Bali. Sehingga, ada
kesan penampakan 1.493 Agama Hindu di Bali. Wih, hebat banget ya! Apa arti dari
semua ini? Saya dan semua umat Hindu dimanapun berada, hendaknya mulai
menyadari akan kemuliaan Hindu. Lalu, memperkokoh kebanggaan menjadi Hindu.
Dan, akan terus menjadi Hindu sampai hayat dikandung badan.
Setiap desa pakraman memiliki kebiasaan atau adat
istiadat unik dalam melaksanakan ajaran Agama Hindu di Bali. Keunikan ini
diperloeh dari warisan leluhur atau pengaruh budaya luar yang melebur dalam
kebiasaan di desa pakraman. Oleh karena itu, setiap desa pakraman akan
memberikan warna berbeda pada pelaksanaan ajaran Agama Hindu. Artinya,
pelaksanaan ajaran Agama Hindu di Bali juga beragam. Keberagaman ini yang
mengemuka sebagai tampilan berbeda. Lalu, terkesanlah Agama Hindu di Bali berbeda-beda.
Apakah perbedaan ini adalah bibit dari perpecahan? Ah, itu adalah pertanyaan
propokatif yang menandakan jiwa ketakutan, kepicikan dan tanpa kearifan.
Mengapa? Karena, sesungguhnya Sastra Agama Hindu telah mengumandangkan bahwa keberagaman
adalah bagian dari kehidupan. “Bhinneka
Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangrwa”. Berbeda beda adanya, tetapi sesungguhnya
adalah satu. Perbedaan itu hanya sakadar nama. Dan hanya orang bijaksana yang memberikan
dengan nama berbeda. Konsep ini semakin menguatkan alasan bahwa Hindu Mulia.
Demikian juga fakta ini menunjukkan bahwa Agama Hindu sangat toleran dengan keberagaman.
Keberagaman adalan fakta. Keberagaman adalah keindahan. Sehingga menyamakan keberagaman
bukanlah tujuan Agama Hindu.
Apakah hanya sekadar itu yang membuat Saya Hindu
dan Saya Bangga? Tidak, sekali lagi tidak! Ada yang lebih dari sekadar itu. Apa
itu? Tat Twam Asi. Konsep
kesemestaan yang sangat universal. Umat Hindu menjadikan konsep Tat Twam Asi sebagai landasan dalam
bermasyarakat. Saya tidak berbeda dengan Kamu. Dan, sesungguhnya Kamu adalah
bagian dari Saya. Artinya, semua manusia berada pada derajat yang sama. Tidak
ada satu manusia atau kelompok manusia yang lebih tinggi dari yang lainnya.
Oleh Karena itu, pertanyaan berikut: untuk apa saling menyakiti?, Apa manfaatnya
menghina orang lain?, Dan, apa untungnya merendahkan orang lain?, adalah
turunan dari ajaran Tat Twam Asi.
Karena, keberagaman itu hanya penampakan, tetapi di dalamnya adalah kesamaan.
Bahwa di dunia ini terlihat berbeda, tetapi setelah kembali dan bersatu dengan Hyang Widi, semuanya adalah sama.
Saya adalah Kamu dan Kamu adalah saya. Dan, Saya dan
Kamu akhirnya akan menyatu. Inilah kemuliaan Hindu. Sungguh konsep yang tiada
terbatas, yang sangat menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan. Saya bangga menjadi
bagian dari Hindu di Bali. Sekali lagi, Hindu telah menunjukkan keagungannya. Bahwa
sesungguhnya manusia itu berasal dari yang tunggal. Oleh karena itu semua
manusia sama, tak peduli apa suku, agama, bangsa, dan rasnya. Karena manusia
berasal dari Panca Maha Bhuta yang
pada akhirnya kembali menjadi Panca Maha
Bhuta. Lalu, jika manusia itu adalah sama mengapa harus mengingkari
keberadaan manusia lainnya. Inilah kemahamuliaan Hindu, tak terkecuali Hindu di
Bali. Saya Hindu, Hindu Keren, dan Hindu Hebat. Saya bangga
menjadi Hindu.
Oleh: Tris Astra Putri Adnyani (Siswa SMPN 2 Banjar, Buleleng, Bali)
#ArjunaDigital #SayaHindu #HinduHebat #HinduKeren
2 comments:
Kerenn..
wow....mantap isinya.. 👍
Post a Comment