Komang Tris Astra Putri Adnyani, Siswa SMAN 1 Banjar, Buleleng, Bali

Friday, June 8, 2018

Saya dan Kemahamuliaan Hindu


Saya menyaksikan. Saya memahami dan kemudian melaksanakan. Lalu, saya menyadari, bahwa Hindu itu maha mulia dan maha agung. Mengapa? Karena, Hindu itu unik, beragam, toleran, bijaksana, dan mendamaikan. Apa faktanya? Pelaksanaan ajaran Agama Hindu di Bali yang beragam. Hal ini karena, Agama Hindu dan budaya Bali menyatu. Bagai rajutan benang sutra, tumpang tindih, dan saling menguatkan. Sehingga membentuk kain halus yang indah. Kain yang menyajikan kenyamanan dan menawarkan kedamaian. Agama Hindu sangat adaptif dengan budaya, budaya manapun, termasuk budaya Bali. Hal ini menyebabkan, di Bali, pelaksanaan ajaran Agama Hindu mewujud nyata dalam keberagaman. Keberagaman dalam kesemarakan dan keindahan. Penuh warna dan dengan segala keunikannya. Inilah bukti bahwa Agama Hindu sangat toleran dengan keberagaman.
Keberagaman tradisi dan budaya dalam kehidupan masyarakat Bali adalah fakta. Dan, fakta ini yang menampakkan kesan pelaksanaan Agama Hindu di Bali beragama. Mengapa? Keberagaman tradisi dan budaya di Bali saling terkait dengan Agama Hindu. Budaya dan Agama Hindu di Bali, nyaris sulit dibedakan dan dipisahkan. Akibatnya, Agama Hindu di Bali menampakkan warna dan bentuk implementasi beragam di beberapa daerah. Hindu di Bali dibalut budaya Bali. Dan, budaya Bali tak dapat dilepaskan dengan keberadaan desa pakraman. Menurut Perda Provinsi Bali Nomor 3 Tahun 2003 tentang Desa Pakraman, disebutkan bahwa desa pakraman adalah kesatuan hukum masyarakat yang diikat oleh adanya Kahyangan Tiga. Setiap desa pakraman di Bali memiliki tradisi dan budaya dengan ciri khas tersendiri. Data terbaru menunjukkan bahwa jumlah desa pakraman di Bali mencapai 1.493 desa pakraman atau desa adat (https://www.beritabali.com/read/2017/12/08). Artinya, ada 1.493 keberagaman tradisi dan budaya di Bali yang masing-masing memiliki keunikan sendiri. Keberagaman ini, mau tidak mau akan mempengaruhi keberagaman pelaksanaan ajaran Agama Hindu di Bali. Sehingga, ada kesan penampakan 1.493 Agama Hindu di Bali. Wih, hebat banget ya! Apa arti dari semua ini? Saya dan semua umat Hindu dimanapun berada, hendaknya mulai menyadari akan kemuliaan Hindu. Lalu, memperkokoh kebanggaan menjadi Hindu. Dan, akan terus menjadi Hindu sampai hayat dikandung badan.
Setiap desa pakraman memiliki kebiasaan atau adat istiadat unik dalam melaksanakan ajaran Agama Hindu di Bali. Keunikan ini diperloeh dari warisan leluhur atau pengaruh budaya luar yang melebur dalam kebiasaan di desa pakraman. Oleh karena itu, setiap desa pakraman akan memberikan warna berbeda pada pelaksanaan ajaran Agama Hindu. Artinya, pelaksanaan ajaran Agama Hindu di Bali juga beragam. Keberagaman ini yang mengemuka sebagai tampilan berbeda. Lalu, terkesanlah Agama Hindu di Bali berbeda-beda. Apakah perbedaan ini adalah bibit dari perpecahan? Ah, itu adalah pertanyaan propokatif yang menandakan jiwa ketakutan, kepicikan dan tanpa kearifan. Mengapa? Karena, sesungguhnya Sastra Agama Hindu telah mengumandangkan bahwa keberagaman adalah bagian dari kehidupan. Bhinneka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangrwa. Berbeda beda adanya, tetapi sesungguhnya adalah satu. Perbedaan itu hanya sakadar nama. Dan hanya orang bijaksana yang memberikan dengan nama berbeda. Konsep ini semakin menguatkan alasan bahwa Hindu Mulia. Demikian juga fakta ini menunjukkan bahwa Agama Hindu sangat toleran dengan keberagaman. Keberagaman adalan fakta. Keberagaman adalah keindahan. Sehingga menyamakan keberagaman bukanlah tujuan Agama Hindu.
Apakah hanya sekadar itu yang membuat Saya Hindu dan Saya Bangga? Tidak, sekali lagi tidak! Ada yang lebih dari sekadar itu. Apa itu? Tat Twam Asi. Konsep kesemestaan yang sangat universal. Umat Hindu menjadikan konsep Tat Twam Asi sebagai landasan dalam bermasyarakat. Saya tidak berbeda dengan Kamu. Dan, sesungguhnya Kamu adalah bagian dari Saya. Artinya, semua manusia berada pada derajat yang sama. Tidak ada satu manusia atau kelompok manusia yang lebih tinggi dari yang lainnya. Oleh Karena itu, pertanyaan berikut: untuk apa saling menyakiti?, Apa manfaatnya menghina orang lain?, Dan, apa untungnya merendahkan orang lain?, adalah turunan dari ajaran Tat Twam Asi. Karena, keberagaman itu hanya penampakan, tetapi di dalamnya adalah kesamaan. Bahwa di dunia ini terlihat berbeda, tetapi setelah kembali dan bersatu dengan Hyang Widi, semuanya adalah sama.
Saya adalah Kamu dan Kamu adalah saya. Dan, Saya dan Kamu akhirnya akan menyatu. Inilah kemuliaan Hindu. Sungguh konsep yang tiada terbatas, yang sangat menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan. Saya bangga menjadi bagian dari Hindu di Bali. Sekali lagi, Hindu telah menunjukkan keagungannya. Bahwa sesungguhnya manusia itu berasal dari yang tunggal. Oleh karena itu semua manusia sama, tak peduli apa suku, agama, bangsa, dan rasnya. Karena manusia berasal dari Panca Maha Bhuta yang pada akhirnya kembali menjadi Panca Maha Bhuta. Lalu, jika manusia itu adalah sama mengapa harus mengingkari keberadaan manusia lainnya. Inilah kemahamuliaan Hindu, tak terkecuali Hindu di Bali. Saya Hindu, Hindu Keren, dan Hindu Hebat. Saya bangga menjadi Hindu.
Oleh: Tris Astra Putri Adnyani (Siswa SMPN 2 Banjar, Buleleng, Bali)
#ArjunaDigital #SayaHindu #HinduHebat #HinduKeren

2 comments:

Unknown said...

Kerenn..

Pak Boy said...

wow....mantap isinya.. 👍