Masih sering
saya mendengar, semeton umat sedarma,
termasuk Yowana Hindu yang
menyebutkan bahwa Siwaratri adalah malam peleburan dosa atau malam pengampunan
dosa. Itulah sebabnya, mereka rela begadang, bahkan memaksakan diri begadang
agar segala dosanya dilebur atau diampuni. Yang sangat menyedihkan, ada
sebagian dari mereka melakukan aktivitas kurang terpuji demi dapat begadang
semalam suntuk. Seperti, menggelar judian, karaoke dengan musik dangdut, dan
minum-minuman beralkohol. Sungguh sedih hati ini. Sebagai Yowana Hindu, Saya menolak dengan tegas dan menyatakan keprihatinan
yang mendalam terhadap fakta-fakta itu. Sudah saatnya, umat Hindu yang
dipelopori oleh Yowana Hindu
menunjukkan cara yang baik dan benar melaksanakan Siwaratri sesuai dengan
sastra Agama Hindu. Yowana Hindu harus
cerdas dan kritis terhadap Gugon Tuwon,
dan wajib mencari Gugu Tuhu yang
sesuai dengan ajaran Agama Hindu.
Sebelum mengkaji
lebih dalam tentang bagaimana pelaksanaan Siwaratri yang baik dan benar sesuai
dengan sastra Agama Hindu, maka perlu memahami makna Siwaratri. Secara harfiah
Siwaratri
artinya malam Siwa. Jika diuraikan, Siwaratri terdiri dari 2 kata,
yakni, Siwa dan Ratri. Dalam Bahasa Sansekerta, Siwa
mengandung arti yang baik hati, suka memaafkan, memberi harapan dan
membahagiakan. Nah, baru tahu kan? Ternyata, Saya juga baru tahu. Ditinjau dari
fungsinya dalam menyeimbangkan alam semesta dan isinya, Siwa juga diartikan
sebagai sebuah gelar atau nama kehormatan. Dalam hal ini, Siwa berfungsi sebagai pemerelina atau pelebur untuk mencapai
kesucian atau kesadaran diri yang memberikan harapan untuk kebahagian.
Sedangkan Ratri
artinya malam. Di mana ada malam, di sana ada gelap. Oleh karena itu, Ratri dapat diartikan sebagai kegelapan.
Kegelapan artinya tanpa penerangan. Dan, penerang jiwa adalah pengetahuan.
Sehingga, Ratri artinya tanpa
pengetahuan atau kebodohan. Dengan demikian Ratri
dapat diartikan sebagai malam, kegelapan, dan kebodohan. Jadi Siwaratri
berarti malam pemerilina atau pelebur
kegelapan atau kebodohan dalam diri untuk menuju jalan yang lebih terang dengan
meningkatkan jnana atau pengetahuan.
Nah, jelaslah sekarang bahwa Siwaratri bukan malam peleburan dosa
dan juga bukan malam pengampunan dosa. Mengapa dosa tidak dapat dilebur atau
diampuni?
Dasar ajaran
Agama Hindu adalah Panca Srada. Dan, Srada yang ketiga adalah percaya dengan
adanya hukum Karma Phala. Setiap
perbuatan atau tindakan atau karma pasti akan berpahala. Dan, hasil dari
perbuatan ini akan selalu melekat pada diri manusia yang selanjutnya disebut Karma Wasana. Perbuatan baik atau Subha Karma akan berbuah kebaikan.
Sedangkan perbuatan tidak baik atau Asubha
Karma akan menghasilkan dosa. Kebaikan dan dosa ini akan berkumpul dalam
bentuk Karma Wasana. Oleh karena itu,
ajaran Agama Hindu tidak mengenal peleburan atau pengampunan dosa. Lalu
bagaimana dengan dosa-dosa yang pernah kita perbuat? Kita tidak dapat menghapus
atau melebur dosa-dosa. Tetapi, kita dapat mengurangi kadar dosa itu. Bagaimana
caranya?
Nah, mari kita
belajar “Agamatika”, yakni Agama-Matematika! Berikut contoh perhitungan
matematika untuk menentukan kadar dosa! Pada mulanya perbuatan baik dan dosa
kita masing-masing sebanyak 60 dan 40. Maka persentase dosa kita adalah 40/(60
+ 40) x 100%. Jadi kadar dosa kita adalah sebesar 40%. Setelah melaksanakan Siwaratri
dengan baik dan benar, maka mulai ada kesadaran dalam diri sehingga tidak
pernah lagi melakukan dosa. Bahkan ada sebanyak 60 kebaikan yang sudah diperbuat.
Maka kadar dosa kita menjadi 40/(120 + 40) x 100%, yakni sebesar 25%. Sehingga,
terjadi penurunan kadar dosa dari semula 40% menjadi 25% atau penurunan sebesar
15%. Dengan demikian menurut ajaran Agama Hindu, dosa tidak dapat dilebur atau
diampuni, tetapi dapat dikurangi kadarnya sampai sekecil-kecilnya, walaupun
tidak akan pernah mencapai 0%. Yakni, dengan cara melakukan perbauatan baik (Shuba Karma) sebanyak-banyaknya. Betul?
Berkaitan dengan
hal tersebut, maka Siwaratri akan lebih tepat dipandang sebagai malam perenungan
dosa. Dosa-dosa apakah yang telah kita perbuat selama ini, baik yang berasal
dari pikiran, perkataan, maupun perbuatan? Mengapa kita melakukan dosa itu?
Dan, pada akhirnya mencari jawaban dan solusi, apa yang dapat kita lukukan
untuk tidak mengulangi lagi tindakan atau perbuatan yang menyebakan dosa? Semua
pertanyaan itu sangat tepat dicarikan jawabannya pada saat Siwaratri. Dengan
demikian Siwaratri adalah malam introspeksi diri atau mulat sarira. Yakni, malam perenungan
dosa (bukan peleburan dosa), dengan
tujuan tercapainya kesadaran diri. Sebagai malam perenungan, maka sangat baik melakukan evaluasi diri dan
sekaligus memohon diberi tuntunan jalan yang benar agar terhindar dari
perbuatan dosa.
Bagaimana
melaksanakan Siwaratri yang baik dan benar menurut sastra Agama Hindu? Ada
tiga hal utama yang perlu dilaksanakan pada Siwaratri, yakni Monabrata, Jagra, dan Upawasa. Monabrata adalah berdiam diri dan tak berbicara. Jagra adalah tidak tidur selama
semalaman. Dan, Upawasa adalah tidak
makan dan tidak minum. Namun, dalam Agama Hindu selalu ada tingkatan Nista, Madya dan Utama yang bisa dipilih sesuai kemampuan. Hal yang sama juga
terjadi pada pelaksanaan Siwaratri. Tingkat Utama, yakni
dengan melaksanakan Monabrata, Jagra,
dan Upawasa. Tingkat Madya, dengan melaksanakan
Jagra dan Upawasa. Sedangkan tingkat Nista,
dengan melaksanakan Jagra. Selanjutnya,
Siwaratri
diakhiri dengan persembahyangan dan memohon kepada Sang Hyang Siwa agar
dikembalikan menjadi manusia yang suci dan paripurna serta memohon petunjuk
jalan yang terang sehingga terhindar dari perbuatan dosa.
Jadi dapat
disimpulkan bahwa Siwaratri bukanlah malam penebusan, peleburan, atau pengampunan
dosa. Tetapi, Siwaratri adalah malam perenungan, introspeksi, dan evaluasi
diri terhadap dosa yang telah diperbuat. Dalam ajaran Agama Hindu hukum Karma Phala tetap berlaku secara mutlak.
Tetapi, dengan menjalankan brata Siwaratri
diharapkan kita mampu mengendalikan diri sehingga selalu dapat berbuat baik (Shuba Karma) dan terhidar dari perbuatan
dosa (Asubha Karma). Semoga.
Oleh: Komang Tris Astra Putri Adnyani (Siswa SMPN 2
Banjar, Buleleng, Bali)
#ArjunaDigital #SayaHindu #HinduHebat
#HinduKeren