Komang Tris Astra Putri Adnyani, Siswa SMAN 1 Banjar, Buleleng, Bali

Monday, June 11, 2018

Brahma Muhurta


Jujur saja, tidak lebih dari sebulan ini, saya baru mengenal istilah Brahma Muhurta. Itupun muncul setelah ramai di media sosial membahas tentang isu Tri Sandya, Kramaning Sembah, Kakawin, dan Kakidungan. Apa hubunganya ya? Saya juga yakin, banyak kalangan Yowana Hindu yang belum pernah mendengar Brahma Muhurta. Apalagi memahaminya. Ketika ramai pro kontra tentang pelaksanaan Tri Sandya, Kramaning Sembah, Kakawin, dan Kakidungan dengan menggunakan pengeras suara, maka sifat “kepo” Saya terprovokasi. Mulailah Saya membuka-buka buku, surat kabar, majalah, dan menjelajah dunia maya (internet). Wah, Saya jadi sadar, bahwa Saya sudah berada di era revolusi industri generasi keempat (revolusi industri 4.0) atau disebut juga generasi milenium. Yakni,  generasi yang berada di bawah jajahan dunia digital dan internet. Sekali lagi wah, ternyata informasi tentang Brahma Muhurta begitu melimpah.
Dari hasil berselancar di media massa dan dunia maya, akhirnya Saya menemukan penjelasan tentang Brahma Muhurta. Walaupun, Saya yakini belum lengkap. Brahma Muhurta adalah waktu di pagi hari yang sangat berharga untuk menghubungkan diri dengan Tuhan (Darmayasa dalam Bali Post, 18 September 2016). Brahma Muhurta juga diartikan sebagai waktu penciptaan, waktu emas, dan waktunya Tuhan. Penjelajahan di Wikipedia menemukan bahwa Brahma Muhurta adalah periode (muhurta) satu setengah jam sebelum matahari terbit atau lebih tepat 1 jam 36 menit sebelum matahari terbit. Secara harfiah Brahma Muhurta adalah Waktu Sang Pencipta (https://en.m.wikipedia.org/wiki/Brahmamuhurtha). Jadi Brahma Muhurta adalah waktu paling mulia dan suci sepanjang 24 jam sehari.
Kapan waktu tepat Brahma Muhurta? Fakta menunjukkan, bahwa waktu terbit matahari di masing-masing tempat bervariasi. Sehingga, waktu Brahma Muhurta juga bervariasi. Sebagai contoh, jika matahari terbit pada pukul 06.00 pagi, maka Brahma Muhurta dimulai pada pukul 04.24. Jika matahari terbit jam 07.00 pagi, maka Brahma Muhurta dimulai jam 05.24 pagi. Lalu, bagaimana dengan di Bali? Di Bali, Brahma Muhurta sering disebut dengan menjelang galang kangin. Yakni, sekitar pukul 06.00 pagi waktu Bali. Jadi, waktu inilah yang paling tepat untuk melakukan hubungan diri dengan Hyang Widi. Oleh karena itu, sangat beralasan jika Parisada Hindu Darma Indonesia (PHDI) Bali, merekomendasikan waktu Tri Sandya di pagi hari adalah pukul 06.00 Wita. Wujud nyata dari pemanfaatan Brahma Muhurta sesuai dengan petunjuk sastra Agama Hindu adalah Tri sandya. Selanjutnya, dapat dilengkapi dengan Kramaning Sembah, Semadi (meditasi), Yoga, Tapa, Gita (Kidung). Melalui aktivitas tersebut, maka efek postif dari Brahma Muhurta akan meningkatkan kesehatan, ketenangan, dan kedamaian jiwa dan raga. Benarkah?
Sebagai Yowana Hindu, Saya tidak dapat menerima begitu saja. Saya perlu penjelasan logis dan ilmiah tentang Brahma Muhurta. Mengapa disebut waktu emas? Dan mengapa merupakan waktu terbaik untuk menghubungkan diri dengan Hyang Widi? Udara pada saat Brahma Muhurta adalah terbersih dari 24 jam sehari. Mengapa? Karena, mulai dari jam 22.00 Wita sampai dengan dini hari kemudian, sekitar pukul 06.00 Wita aktivitas manusia sangat minimal, nyaris terhenti. Sehingga, pencemaran udara oleh kendaraan bermotor, mesin pabrik, dan aktivitas rumah tangga nyaris tidak ada. Kondisi inilah yang menyebabkan udara menjadi bersih dan menyehatkan. Pada Brahma Muhurta, diyakini udara mengandung kadar oksigen tertinggi dan kadar karbondioksida terendah. Inilah yang disebut dengan udara sehat.
Ditinjau dari kondisi manusia dapat dijelaskan sebagai berikut. Pada saat istirahat tidur, jiwa (pikiran) dan raga (fisik) manusia terus menurun sampai ke titik nol (kosong). Ketika bangun, jiwa (pikiran) dan raga (fisik) manusia berada pada posisi nol (kosong), sehingga, perlu diisi dengan energi yang positif, bersih, sehat, dan suci. Agar diperoleh energi yang baik tersebut, maka bangun pada saat Brahma Muhurta adalah pilihannya. Selanjutnya, melakukan aktivitas yang menghasilkan energi positif pada jiwa dan raga. Energi tersebut dapat diperoleh melalui pranayama (pengaturan napas), meditasi, tapa, yoga, semadi, dan gita (kidung). Wujud nyata dari aktivitas tersebut adalah melaksanakan Tri Sandya, Kramaning Sembah, Kakawin, dan Kakidungan. Pendek kata, Brahma Muhurta adalah waktu yang tepat dan sangat baik untuk melakukan perenungan diri tentang kamahakuasaan Hyang Widi dan kegiatan yang membawa kebaikan, kesehatan, kesucian dan kemuliaan lahir dan batin. Nah, sekarang terlihat benang merah antara Brahma Muhurta dengan pelaksanaan Tri Sandya, Kramaning Sembah, Kakawin, dan Kakidungan. Betul?
Bagaimana dengan pelaksanaan Tri Sandya, Kramaning Sembah, Kakawin, dan Kakidungan dengan menggunakan pengeras suara? Adalah kewajiban bagi setiap Umat Hindu, termasuk Yowana Hindu untuk mengingatkan kepada umat sedarma, bahwa Brahma Muhurta telah tiba. Salah satu upaya itu adalah mengumandangkan Tri Sandya, Kramaning Sembah, Kakawin, dan Kakidungan dengan menggunakan pengeras suara. Tri Sandya adalah kewajiban bagi Umat Hindu. Karena, Tri Sandya mendoakan bhuwana alit (seluruh umat manusia) dan bhuwana agung (alam semesta) agar selalu harmonis dan damai. Begitu mulia doa-doa dalam Tri Sandya. Oleh karena itu, jika ada yang menolak, maka patut dipertanyakan Ke-Hinduan-nya. Saya berani mengatakan, bahwa menguasai, memahami, dan melaksanakan Tri Sandya adalah identitas dan kesejatian Hindu yang pertama dan utama. Jika tidak demikian, maka berarti bukan Hindu. Dengan menggunakan pengeras suara, berarti telah mengingatkan kedatangan Brahma Muhurta. Di samping itu, juga mengajak umat secara bersama-sama untuk memanfaatkan Brahma Muhurta dengan baik dan benar melalui pelaksanaan Tri Sandya, Kramaning Sembah, Kakawin, dan Kakidungan. Karena, menyampaikan kebaikan kepada umat adalah bagian dari Darma Agama. Setuju?

Oleh: Komang Tris Astra Putri Adnyani (Siswa SMPN 2 Banjar, Buleleng, Bali)
#ArjunaDigital #SayaHindu #HinduHebat #HinduKeren


3 comments:

LPA said...

Wahh baru tau kalo ada istilah Brahma Muhurta? selama ini sembahyang pun tidak pas jam 6, biasanya jam 7 pas sebelum berangkat kerja, ternyata begitu penting sembahyang pagi sebelum matahari terbit.

Unknown said...

Mengapa harus pengeras suara..bukankah lebih baik tanpa ada..sehingga lbh hening dan alami..sehingga ebergi positif benar2 masuk ke jiwa raga

Suar said...

Siswa smp sudah bisa membuat artikel spt ini, salut